Peneliti Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Saidiman Ahmad membantah mengenai teori Bandwagon dimana hasil lembaga survei mempengaruhi masyarakat dalam memilih Capres ataupun Cwapres.
Dia mengungkap pada tahun 2021 Prabowo Subianto memiliki nilai elektabilitas 34,1 persen, disusul Ganjar Pranowo 25,5 persen dan Anies Baswedan 23,5 persen.
Kemudian, sepanjang tahun 2022 justru yang mengalami kenaikan adalah Ganjar Pranowo hingga April 2023 sampai 39 persen sebelum disusul oleh Prabowo Subianto yang kini naik.
“Kalau Banwagon itu terbukti benar mestinya pak Prabowo tidak pernah turun dong surveinya dan sepanjang tahun 2022 pak Prabowo bahkan pernah disalip oleh Anies Baswedan,” ujar Saidiman dalam dalam diskusi virtual Trijaya ‘Survei yang membangongkan’, Jakarta, Sabtu (25/11/2023).
“Jadi teori mengenai publikasi mengenai lembaga survei bisa mempengaruhi publik itu salah total,” tambah dia.
Kemudian, dia juga menepis soal adanya kebohongan dalam hasil survei. Menurutnya hasil survei yang dipublikasikan adalah hasil murni dari persepi masyarakat.
“Kalau melihat itu kebohongan tunjukan kebohongannya itu dimana. Misalnya bahwa publik menyatakan dari sisi intelektual, Gibran sekarang diatas, sebelumnya ada yang mengatakan dari sisi integritas Mahfud yang diatas ini kan soal persepsi publik bukan soal kebohongan,” papar dia.
Dia memberi contoh,SMRC masuk dalam Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) dimana sanksinya jika memanipulasi data survei maka akan dikeluarkan oleh asosiasi tersebut.
“Kalau kemudian SMRC mengeluarkan hasil survei dan disitu ada sejumlah dan terlihat ada aneh itu akan dipersolakan oleh PersebPi, dan kalau pada tingkat tertentu melakukan manipulasi itu akan dikeluarkan dari asosiasi dan itu punya dampak,” pungkasnya.
Leave a Reply
Lihat Komentar