Masa Kecil Jadi Penggembala Kambing, Bos BKKBN Motivasi Anak Buah

Masa Kecil Jadi Penggembala Kambing, Bos BKKBN Motivasi Anak Buah

[ad_1]

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo, mendorong sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Saat ini, Indonesia tengah menikmati bonus demografi.

Dalam Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) BKKBN yang diselenggarakan di UPT Balai Diklat KKB Banyumas, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, Hasto, memberi motivasi kerja kepada para pegawai dalam Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP) BKKBN.

Hasto menceritakan masa kecilnya yang jauh dari kemewahan. Selama belasan tahun, dia sibuk menggembala kambing di desanya di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Kalau pernah menderita itu menjadi bekal seorang pemimpin, dengan menghayati penderitaan atau kemiskinan ini menjadi penting karena melalui hal itulah kita bisa belajar,” kata Hasto, dikutip dari InilahJateng, Sabtu (18/11/2023).

Selepas SMA dan masih menjalani peran sebagai penggembala, Hasto Wardoyo diterima kuliah di Fakultas Kedokteran di Universitas Gadjah Mada dengan segala keterbatasan ekonomi.

Setelah lulus kuliah Kepala BKKBN yang akrab disapa Dokter Hasto ini juga meniti awal karir sebagai dokter di pedalaman terpencil di Kalimantan Timur.

“Saya ditempatkan di daerah yang belum pernah ada Dokter yang kerasan tinggal di situ, paling lama yang bisa bertahan hanya dalam hitungan hari. Tidak ada listrik hanya ada lampu “teplok” (lampu minyak tanah), akses transportasi juga hanya bisa dengan perahu karena merupakan daerah sungai,” ujar Hasto.

Karena sudah merasakan atau mengalami permasalahan dan kelemahan, menurutnya. dengan berada dalam kondisi atau “ekosistem” seperti itu, akhirnya bisa menempa dan menjadi pembelajaran bagi kita.

“Tidak ada pengorbanan yang sia-sia dan jangan merasa jadi yang paling menderita. Kalau kita jalani dengan Ikhlas maka semuanya itu mendapatkan ganti yang tidak kita sangka dan duga.” ujar dia.

Terkait dengan Pelatihan Kepemimpinan Kepala BKKBN berharap dalam proses yang sudah dilalui dalam pelatihan, peserta tidak hanya sekedar mendapat pendidikan saja namun juga pelatihan.

“Ada perubahan, penambahan kemampuan atau metamorfosis, seperti yang terjadi pada seekor katak. Dari seekor berudu kecil yang hanya bisa berenang kemudian menjadi Katak yang tidak hanya berenang, tapi bisa berjalan bahkan melompat,” ujar Hasto.

Menurutnya dari pelatihan ini nantinya peserta memiliki peningkatan baik “softskill” maupun “hardskill” yakni akuisisi, kompetensi dan profisien.

“Belajar itu dimulai dari akuisisi, yaitu membaca dulu. Kalau ingin belajar sesuatu, harus membaca. Belajar akan membuat seseorang menjadi kompeten. Sementara kompetensi harus diulang-ulang sehingga bisa menjadi profisien, yaitu melakukan sesuatu sesuatu dengan prosedur tetap dalam waktu yang cepat,” pungkasnya.

Hadir dalam pengarahan Kepala BKKBN tersebut, Kepala Pusdiklat KKB, Lalu Makripuddin; Direktur Perencanaan Pengendalian Penduduk, Munawar Asikin; Kepala Perwakilan BKKBN Jawa Tengah, Eka Sulistia Ediningsih; Kepala UPT Balai Diklat KKB Banyumas, Umi Hidayati. 

[ad_2]

Sumber