Absen di Acara Walhi, Prabowo dan Ganjar Takut Dikuliti Anies?

Absen di Acara Walhi, Prabowo dan Ganjar Takut Dikuliti Anies?

Asisten Pelatih Timnas Anies-Cak Imin (AMIN) Jazilul Fawaid menilai pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD serta Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming belum siap untuk adu gagasan.

Hal ini ia sampaikan dalam menanggapi absennya dua pasangan calon itu pada dialog yang diadakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia alias Walhi di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Sabtu (25/11/2023).

“Memang yang lain hanya bilang adu gagasan, ada gagasan. Begitu ada meja gagasan dia tidak ikut. Apanya yang mau diadu? Kertas kosong kali,” ujar Jazilul di kawasan Jakarta Pusat, Minggu (26/11/2023).

Jazilul menilai bahwa kedua pasangan itu takut untuk beradu gagasan karena akan berdampak pada elektoral jika mereka tidak bisa menyampaikannya dengan baik.

“Ya mereka tidak siap. Mereka takut nanti kalau ada di forum ternyata tidak siap gagasan, elektoralnya turun. Memang miskin gagasan tapi mau tanding gagasan, saya heran itu di situ,” tuturnya.

Diketahui, Walhi sejatinya mengundang tiga paslon untuk hadir. Dari kubu Ganjar dan kubu Prabowo hanya mengirim utusan. Hanya Anies yang datang langsung dan menerima piagam hasil kongres anak muda soal lingkungan.

Anies menyentil absennya dua capres. Ia mengaku ketika mendengar keresahan anak muda mengenai alam, Anies memilih menghadiri langsung kongres tersebut. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menambahkan, keberadaannya di forum WALHI sangat penting. Sebab, ia bisa mendengar cerita dari orang-orang yang tidak merasakan keadilan.

“Bagi mereka yang tidak merasakan keadilan maka yang namanya keadilan itu menjadi penting. Saya rasa suara-suara di sini adalah suara-suara mereka yang mementingkan agar kita kembali ke jalur Indonesia di titik awal yaitu menghadirkan keadilan sosial,” tutur Sabtu (26/11/2023).

Dalam paparannya, Anies berencana  mengganti program Food Estate (lumbung pangan) yang masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN) era Presiden Joko Widodo (Jokowi), dengan sistem contract farming. Ia menilai program lumbung tersebut dianggap tidak memberikan kesejahteraan kepada petani.

“Mengapa food estate tidak menjadi opsi, karena ini adalah pendekatan negara secara sentralistik. Kedua, kepastian hasil tani hanya pada mereka yang berada di kawasan food estate dan ini praktiknya sebuah produksi pertanian berbasis korporasi,” ujar Anies.

Jadi, kata Anies, artinya petani yang selama ini sudah memainkan peranan diberikan kesempatan bermain lebih besar lagi. Alasan lain mengapa food estate bukan lagi menjadi opsi untuk diteruskan, karena produknya sulit masuk ke dalam rantai pasok produk pertanian Indonesia.

“Fokus di food estate di ekstensifikasi lahan milik pemerintah untuk meningkatkan produksi. Efeknya banyak problem-problem lingkungan hidup bermunculan karena ekologi di tempat itu rusak,” tutur mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Pernyataan Anies itu sejalan dengan temuan dari organisasi Greenpeace yang menyebut pembukaan lahan seluas 700 hektare untuk Food Estate kebun singkong di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, justru memicu terjadinya banjir hebat pada 2021.

Sumber: Inilah.com