Korea Utara dibuat berang dengan sikap Korea Selatan yang memutuskan menangguhkan sebagian kesepakatan dengan Korut yang dibuat 2018 lalu.
Korsel juga menyatakan akan melanjutkan operasi pengawasan di sepanjang perbatasan kedua negara.
Korut membalas aksi Korsel dengan membatalkan sepenuhnya perjanjian tersebut.
Korut yang dipimpin Kim Jong Un memang sangat percaya diri dengan kemampuan militernya meskipun Korsel mendapat sokongan Amerika Serikat.
Sikap percaya diri Kim Jong Un itu ditularkan ke rakyatnya dengan memberlakukan aturan ketat yang otoriter.
Ia menginginkan rakyatnya memiliki nasionalisme yang kuat, demi menjaga nama Korut sebagai negara yang ditakuti di dunia.
Deretan Cerita dari Pembelot Korea Utara
Namun, tak semua rakyat Korut mampu bertahan dengan sikap otoriter Kim Jong Un.
Tak sedikit pejabat termasuk rakyat Korut yang nekat membelot dengan melarikan diri ke Korsel ataupun China.
Berikut 3 kisah pembelot yang penuh perjuangan hingga berhasil keluar dari Korea Utara.
1. Ryu Hyeon-woo
Ryu Hyeon-woo adalah mantan duta besar Korut untuk Kuwait. Ia membelot dan melarikan diri ke Korsel pada 2019 bersama keluarga kecilnya.
Ryu dan istrinya merencanakan pelarian mereka selama sekitar satu bulan saat tinggal di Kuwait.
Pembelotan dari Korut sebetulnya memiliki risiko dan kerugian yang sangat besar.
Para pembelot harus segera memutuskan hubungan dari semua keluarga yang tersisa di negara asal mereka.
Rezim Kim sering menghukum keluarga besar pembelot untuk mencegah orang pergi, terutama para diplomat.
Ryu kepada CNN Internasional membeberkan diplomat yang ditempatkan di luar negeri seringkali dipaksa untuk meninggalkan seorang anak di rumah sebagai sandera, untuk memastikan orang tuanya tidak membelot.
Ryu sekarang mengkhawatirkan ketiga saudara kandung dan ibunya yang berusia 87 tahun yang masih berada di Korut.
Ia juga mencemaskan orang tua istrinya yang tinggal di Pyongyang.
Ryu adalah salah satu dari beberapa pejabat tinggi Korea Utara yang membelot.
Sebelumnya ada Thae Yong-ho, mantan wakil duta besar untuk Inggris, yang membelot pada 2016. Thae sejak itu terpilih menjadi anggota Majelis Nasional Korsel.
2. Kang Nara
Jika pejabat negara Korut saja membelot apalagi rakyatnya.
Inilah yang terjadi pada Kang Nara yang kabur pada tahun 2014. Saat itu usianya masih belia.
Keberaniannya menjadi seorang pembelot ternyata terinspirasi dari ibunya yang sudah lebih dulu kabur dari Korea Utara melalui perbatasan China.
Motivasi utama Kang Nara menjadi pembelot adalah karena dia sudah muak dengan ketatnya pengawasan di Korut yang membuatnya tak dapat hidup bebas.
Apalagi, negara yang dipimpin Kim Jong Un itu juga sangat terisolasi.
Perjuangannya untuk sampai ke Korsel tidaklah mudah dan penuh resiko.
Jika ketahuan, maka ia sudah pasti dibunuh atau dipenjara seumur hidup.
Sekalipun berhasil, risiko menjadi korban perdagangan manusia sangat besar.
Begitu pula dengan nasib ayah dan saudara-saudaranya yang terancam.
Sebab, Korut tidak mengizinkan penduduknya kabur.
Jika ketahuan maka keluarganya akan diberi hukuman keras selama tiga generasi.
Alhasil, ia memutuskan untuk kabur lewat Sungai Yalu yang mengalir dari Korut ke China.
Pada titik inilah Kang Nara berada di antara hidup dan mati. Nyawanya dipertaruhkan.
Kepada CBC, Kang Nara mengaku tidak bisa berenang.
Ia hanya mengikuti arus sungai dan sesekali menenggelamkan diri agak tak ketahuan tentara.
Sesampainya di China dia dijemput oleh seorang broker yang sudah dibayar ibunya.
Mengutip CNN, para pembelot Korut sering menyewa broker untuk menjaga keamanan agar mereka tidak terjebak dalam perdagangan manusia.
Seseorang perlu membayar US$500 sampai US$1.000.
Bersama broker itu dia lantas pergi menuju Korsel melewati Myanmar dan Thailand.
Di Korsel, Kang Nara terkejut melihat kehidupan yang berbanding terbalik 180 derajat dari tanah kelahirannya.
Kang Nara adalah satu dari ratusan ribu orang yang sukses kabur dari Korut.
Ia menjadi sorotan banyak media hingga masuk acara “Now On My Way To Meet You” dan “Moranbong Club”.
Keduanya adalah acara khusus yang menayangkan cerita dari para pembelot.
Sejak itu Kang Nara naik daun hingga diundang banyak orang dan menjadi terkenal.
3. Jihyun Park
Jihyun Park (54) adalah perempuan pertama asal Korea Utara yang mencalonkan diri sebagai anggota dewan kota Bury, Inggris.
Kisahnya hingga sampai ke Inggris setelah membelot dari Korea Utara sangat menyanyat hati.
Ia berhasil melarikan diri dari negara asalnya pada 1998 silam.
Ia bersama saudara laki-lakinya kabur melewati perbatasan China setelah melihat ayah dan pamannya meninggal karena kelaparan.
Menurut laporan BBC, Jihyun juga sempat menjadi korban perdagangan manusia dan dijual untuk menikah dengan petani China.
Dari hubungan tersebut, Jihyun dikaruniai satu orang anak laki-laki.
Sejak itu, Jihyun tak pernah bertemu lagi dengan adiknya yang dipulangkan ke Korea Utara.
Pada 2004, Jihyun ditangkap dan dipulangkan ke Korea Utara dan dikirim ke tempat kerja paksa.
Selama di kerja paksa, ia dianiaya dan disiksa.
Kondisi lingkungan yang tak layak membuat kulit dan rambut Jihyun berubah.
Ia mengalami berbagai luka di tubuh dan setelah beberapa bulan, ia diusir karena hampir mati akibat infeksi luka.
Mengutip Manchester Evening News, usai mengalami penyiksaan dan terluka parah, Jihyun berjuang sendiri dan berusaha kembali ke China untuk mengambil anaknya.
Di sepanjang perjalanan ia bertemu dengan pengungsi dari Korea Utara lainnya.
Pada 2005, setelah berjumpa dengan anaknya, Jihyun kembali berjalan kaki menuju Mongolia bersama pengungsi lainnya.
Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan pria bernama Kwang, rekan sesama pengungsi yang kini menjadi suaminya.
Jihyun, Kwang dan anaknya berjalan kaki menyusuri gurun di Mongolia selama tiga hari tanpa makanan dan minuman.
Takut anaknya meninggal, Jihyun dan Kwang memutuskan kembali ke China dan menetap hingga 2007 sebelum akhirnya ketiganya diserahkan pada PBB oleh seorang pastur.
Oleh PBB, Jihyun ditawari tiga pilihan negara; Korea Selatan, Amerika Serikat, atau Eropa.
Akhirnya, Jihyun memilih untuk menetap di Inggris dan mereka bertiga kemudian mendapat tempat tinggal di Inggris.
Di Inggris ia berprofesi sebagai tutor bahasa yang tinggal di kota Bury, Inggris.
Selain mengajar, Jihyun juga menjadi aktivis yang aktif menyuarakan hak-hak warga negara Korea Utara agar berani hidup tanpa takut disiksa dan dianiaya.
.
.
Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.
Leave a Reply
Lihat Komentar